Senin, 23 Maret 2015

PITCH PERFECT (2012)

Sebuah komedi romantis remaja berbalut musikal? Jelas bukan hal baru, apalagi di masa dimanaGlee adalah salah satu serial televisi paling disukai seperti sekarang ini. Hal itu jugalah yang membuat saya sempat malas untuk menonton Pitch Perfect ini. Walaupun film garapan sutradara Jason Moore ini cukup laku di pasaran dan mendapat pujian dari para kritikus saya tetap ragu akan bisa menyukai film ini. Formula standar tentang sebuah grup yang mengikuti kompetisi musik rasanya sudah basi dan terlalu sering diangkat, walaupun dalam Pitch Perfect ada inovasi dimana grup musiknya bukan sekedar vocal group melainkan sebuah grup akapela. Pada akhirnya saya tetap menonton film ini dengan ekspektasi yang tidak terlalu tinggi. Pada akhirnya hal tersebut justru membuat saya mampu menikmati film ini sebagai sebuah sajian yang sangat menghibur meski punya naskah yang biasa saja. Dalam Pitch Perfect kita tidak akan dibawa ke masa SMA seperti pada Glee, tapi di masa kuliah yang dalam sebuah adegan (yang secara tidak langsung menyinggung Glee) disebutkan sebagai masa yang lebih serius dan bukan lagi main-main.

Universitas Barden mempunyai dua grup akapelaYang pertama adalah Treblemaker yang merupakan juara bertahan lomba akapela mahasiswa tingkat nasional dan diisi oleh para laki-laki yang selalu tampil atraktif. Yang kedua adalah Bellas yang tampil selalu dengan imej anggun dan cantik namun penampilannya monoton. Di final nasional tahun lalu sempat terjadi peristiwa memalukan bagi Bellas dimana Aubrey (Anna Camp), salah satu anggotanya muntah di tengah pertunjukkan. Alhasil tahun ini disaat Aubrey menjadi ketua ia berusaha mencari anggota terbaik untuk memenangkan kompetisi. Setelah melalui sebuah auidisi, terkumpul anggota-anggota baru termasuk Becca (Anna Kendrick) yang menjadi sentral film ini. Becca adalah seorang gadis yang bercita-cita menjadi seorang DJ di Los Angeles. Bellas tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya karena banyak diisi oleh orang-orang yang unik bahkan aneh, mulai dari Becca yang sulit diatur dan selalu menyuarakan perubahan, Fat Amy (Rebel Wilson) yang berbadan tambun dan cerewet, Cynthia (Ester Dean) gadis kulit hitam eksentrik yang juga seorang lesbian, Stacey (Alexis Knapp) yang selalu berpikir tentang seks, sampai Lily (Hana Mae Lee) yang bicara dengan sangat pelan dan selalu berkata hal-hal aneh.

Jelas tidak ada yang spesial dari cerita Pitch Perfect. Seorang gadis pemberontak yang kemudian menemukan dunia miliknya dan yang pasti menemukan cintanya. Masih ada kisah persahabatan sejati, kisah tentang pendobrakan batas dan perubahan, dan segala hal-hal klise lain yang sudah sering kita temui di film-film yang bertemakan kompetisi apapun bentuknya. Saya juga tidak menemukan perbedaan tentang setting di dunia kuliah yang dipakai disini. Tidak ada bedanya dengan film-film serupa yang punya latar SMA, masih ringan dengan konflik yang tidak jauh berbeda. Kisahnya predictable dan segala konflik yang ada juga selesai dengan sangat mudah dan begitu cepat. Drama yang disajikan juga tidak terlalu menyentuh, begitu pula dengan kisah romansanya yang terasa bagaikan tempelan dan tidak terasa sisi romantisnya. Jadi apa yang membuat saya tidak memberikan rating buruk pada film ini? Jawabannya adalah pada momen pemilihan musik, momen komedi dan tokoh-tokoh yang muncul di film ini.
Musik yang ditampilkan mampu terasa begitu menyenangkan didengar, apalagi dengan aransemen akapela yang membuat tiap lagunya menjadi punya keunikan tersendiri. Lagu-lagu dari Miley Cyrus, Jessie J, Bruno Mars hingga David Guetta dibawakan dengan cara yang berbeda dari yang selama ini kita dengar. Hal tu membuat tiap momen kompetisi musiknya selalu menarik. Untuk komedinya sendiri, saya merasa Pitch Perfect bagaikan versi musikal dari Bridesmaids. Ya, film ini juga menampilkan deretan karakter wanita yang saling bersahabat dan melakukan berbagai hal konyol satu sama lain. Untuk urusan komedi, film ini sanggup membungkusnya dengan begitu baik. Saya beberapa kali dibuat tertawa lepas oleh sajian komedi yang sebenarnya tidak terlalu cerdas tapi punya timing yang tepat. Yep, comedy is all about timing.

Untuk karakter yang ada sebenarnya tidak punya karakterisasi yang mendalam, namun bagi saya semuanya punya ciri khas yang mengena dan efektif untuk setidaknya menghantarkan momen komedi dengan baik. Yang paling banyak mendapat pujian adalah Rebel Wilson sebagai Fat Amy yang punya kepercayaan diri luar biasa dan punya mulut yang seenaknya, mengingatkan saya pada peran Melissa McCarthy di Bridesmaids. Dia konyol, lucu namun bertalenta. Berbagai dialog luar biasa lucu sering terlontar (lari vertikal?). Kemudian ada Hana Mae Lee sebagai Lily yang punya volume bicara super rendah tapi selalu melontarkan kata-kata aneh yang sanggup memancing tawa. Anna Kendrick sendiri cukup baik sebagai karakter utama yang mudah disukai. Aktris lainnya juga cukup baik membawakan karakter mereka, hingga semuanya menjadi klimaks di sebuah adegan super berantakan dan super lucu yang berhubungan dengan muntah menjelang klimaks.Overall ini adalah sebuah tontonan ringan yang super menghibur. Musik menyenangkan, pemain yang bagus dan komedi yang begitu lucu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar